LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN "PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI"

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI
LAPORAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan yang diampu oleh
Siti Nurkamilah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Fitriani Dewi S                      15542030
Raisya Fajriani                       15543004
Riri Nur Syiam                      15543013
Siti Rosidah                           15544011
Yaman Hidayat                     15544014


Kelas : 3-B




PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
GARUT
2017






Judul              : Proses Oksidasi dan Proses Respirasi
Hari/Tanggal : Senin/13 November 2017

I.              Tujuan
·         Untuk mengetahui proses respirasi
·         Untuk memahami proses respirasi anaerobik (Fermentasi)
·         Untuk menentukan jenis respirasi pada suatu sel makhluk hidup
·         Untuk memahami proses oksidasi dalam masa respirasi.

II.           Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No.
Alat
Fungsi
1.
Tabung Reaksi dan Rak Tabung Reaksi

Digunakan untuk mereaksikan larutan suspense (ragi), larutan glukosa, aquades dan methylene blue.
2.
Gelas Kimia 500 mL

Digunakan sebagai penangas air untuk media bagi tabung reaksi.
3.
Kaki Tiga

Digunakan untuk menyangga gelas kimia ketika dipansakan.
4.
Spirtus

Digunakan untuk memanaskan air hingga suhu yang diinginkan.
5.
Gelas Ukur

Digunakan untuk menakar larutan suspense (ragi) dan aquades yang akan digunakan.
6.
Pipet Tetes

Digunakan untuk meneteskan larutan suspense (ragi), larutan amilum, methylene blue dan aquades
7.
Termometer

Digunakan untuk mengetahui suhu air yang dipanaskan.
8.
Penjepit Tabung Reaksi

Digunakan untuk memegang tabung reaksi.
9.
Pematik

Digunakan untuk menyalakan spirtus.


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
No.
Bahan
Fungsi
1.
Larutan Glukosa 10%




Berfungsi sebagai zat yang mengandung karbohidrat atau gula yang berperan sebagai zat yang dioksidasi dalam proses repirasi.
2.
Larutan ragi

Berfungsi sebagai larutan yang berisi jamur Saccharomyces cerevisiae. Dimana jamur tersebut yang melakukan respirasi.
3.
Methylene Blue

Berfungsi sebagai indikator.
4.
Kapas

Berfungsi untuk menyumbat atau menutup tabung reaksi.
III.              Langkah Kerja
1.  Diberi tanda / label pada masing-masing tabung dengan huruf A, B, C dan D.
2.  Dimasukkan masing-masing larutan gist sebanyak 5 cc atau 5 mL yang telah dibuat ke dalam 2 tabung reaksi dengan tabung pertama diberi label nama ‘dipanaskan’ dan tabung kedua diberi label nama ‘tidak dipanaskan’.
3.  Di didihkan larutan gist 5 mL yang ada di dalam tabung reaksi dengan label nama ‘dipanaskan’ menggunakan pembakar spirtus sampai mendidih.
4.  Dimasukkan larutan gist yang sudah di didihkan ke dalam tabung reaksi A dan B masing-masing sebanyak 1 cc atau 1 mL
5. Dipindahkan larutan gist yang ada di dalam tabung reaksi dengan label ‘tidak dipanaskan’ ke dalam tabung reaksi C dan D masing-masing sebanyak 1 cc atau 1 mL.
6.  Dimasukkan sebanyak 1 cc atau 1 mL larutan glukosa 10%  ke dalam tabung reaksi A, B, C dan D
7.  Dimasukkan methylene blue sebanyak 1 cc atau 1 mL ke dalam tabung reaksi A, B, C dan D yang telah terdapat campuran larutan gist dan glukosa 10%.
8.  Diencerkan semua reaksi tabung yang berisi campuran larutan gist, glukosa 10%, dan methylene blue dengan aquades sebanyak 5 cc atau 5mL, kemudian sumbat dengan ibu jari serta dikocok masing-masing tabung tersebut.
9.  Diberi perlakuan untuk tabung A dan C, yaitu dengan menutup lubang pada tabung reaksi bagian atas dengan menggunakan kapas agar oksigen tidak bisa masuk.
10. Diberi perlakuan pada tabung reaksi B dan D, yaitu dengan membiarkan terbuka ujung atas tabung reaksinya, sehingga oksigen memungkinkan bisa masuk.
11. Dimasukkan semua tabung reaksi tersebut ke dalam gelas kimia yang berisi air sebanyak 400mL yang sudah dipanaskan dengan suhu 350C-400C.
12. Dilakukan pengamatan terhadap perubahan warna yang terjadi pada larutan dengan selang waktu 10 menit selama 40 menit.
13. Dicatat pada lembar kerja mengenai perubahan warna yang terjadi pada larutan dengan selang waktu 10 menit selama 40 menit dalam artian sebanyak 4 kali pengamatan.

IV.              Landasan Teori
Di dalam sel hidup terjadi proses metabolisme. Salah satu proses tersebut adalah katabolisme. Katabolisme disebut pula disimilasi karena dalam proses ini energy yang tersimpan ditimbulkan kembali atau dibongkar untuk menyelenggarakan proses-proses kehidupan. Adapun proses katabolisme yang akan dibahas adalah mengenai respirasi sel.
Anabolisme adalah lintasan metabolisme yang menyusun beberapa senyawa organik sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul kompleks. Proses ini membutuhkan energi dari luar. Energi yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut, selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan dalam bentuk ikatan -ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk (Guyton, 1997).
Sedangkan yang dimaksud dengan katabolisme yaitu reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian senyawa ini menghasilkan atau melepaskan energi berupa ATP yang biasa digunakaan organisme untuk beraktivitas. Katabolisme mempunyai dua fungsi yaitu menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain, dan menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sel. Reaksi yang umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen. (Sri Widya : 2000). Energi yang dilepaskan oleh reaksi katabolisme disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan berenergi elektron tinggi NADH2 (Nikotilamid adenin dinukleotida H2) serta FADH2 (Flavin adenin dinukleotida H2) (Guyton, 1997). Adapun proses katabolisme yang akan dibahas adalah mengenai respirasi sel.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini. Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya. Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun demikian, banyak proses respirasi yang tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang adalah dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator.
Respirasi sel berlangsung di dalam mitokondria melalui proses glikolisis, yaitu proses pengubahan atom C6 menjadi C3. Dilanjutkan dengan proses dekarboksilasi oksidatif yang mengubah senyawa C3 menjadi senyawa C2 dan C1 (CO2). Kemudian Daur Krebs mengubah senyawa C2 menjadi CO2. Pada setiap tingkatan proses ini dihasilkan energy berupa ATP (Adenosin Tri Phosphat) dan hydrogen.
Ada dua jenis respirasi sel yaitu:
1.      Respirasi Aerob/Aerobik
Respirasi aerobik dapat diartikan sebagai serangkaian reaksi enzimatik yang mengubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O dan energi. Reaksi dapat terjadi secara sempurna karena terdapat cukup oksigen. Energy yang dihasilkan dalam pernapasan aerob adalah 38 ATP.
2.      Respirasi Anaerob/Anaerobik (Fermentasi)
Pernapasan ini dapat diartikan sebagai serangkaian reaksi enzimatik yang mengubah glukosa secara tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Pada manusia respirasi ini menghasilkan asam laktat, sedangkan pada tumbuhan reaksi ini menghasilkan CO2 dan alcohol. Respirasi ini hanya menghasilkan sedikit energy yaitu 2 ATP.
Jamur Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae adalah nama spesies yang termasuk dalam khamir berbentuk oval. Saccharomyces cerevisiae mempunyai mikrostruktur yang terdiri dari :
1. Kapsul
2.  Dinding Sel
Dinding sel khamir pada sel-sel yang muda sangat tipis, namun semakin lama semakin menebal seiring dengan waktu. Pada dinding sel terdapat struktur yang disebut bekas lahir (bekas yang timbul dari pembentukan oleh sel induk) dan bekas tunas (bekas yang timbul akibat pembentukan anak sel). Setiap sel hanya dapat memiliki satu bekas lahir, namun bisa membentuk banyak bekas tunas. Saccharomyces cerevisiae dapat membentuk 9 sampai 43 tunas dengan rata-rata 24 tunas per sel, dan paling banyak lahir pada kedua ujung sel yang memanjang. Dinding sel khamir terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut: Glukan Khamir (30-35% berat kering dinding sel); Mannan (30% dari berat kering dinding khamir); Protein (6% berat kering dinding sel); Kitin (1-2 %); Lipid (8.5-13.5 %)Membran Sitoplasma
3, Nukleus
4. Vakuola
5, Mitokondria
6, Globula Lipid Saccharomyces cerevisiae mengandung lipid dalam jumlah sangat sedikit. Lipid ini disimpan dalam bentuk globula yang dapat dilihat dengan mikroskop setelah diberi pewarna lemak seperti Hitam Sudan atau Merah Sudan.
7. Sitoplasma
Saccharomyces cerevisiae berkembang biak dengan cara berikut: Pertunasan multipolar, dimana tunas muncul dari sekitar ujung sel. Pembelahan tunas, yaitu gabungan antara pertunasan dan pembelahan. Pada proses ini mula-mula terbentuk tunas, tetapi tempat melekatnya tunas pada sel induk relatif besar, kemudian terbentuk septa yang memisahkan tunas dari induk selnya. Pada Saccharomyces, areal tempat melekatnya tunas pada induk sedemikian kecilnya sehingga seolah tidak pernah terbentuk septa (tidak dapat dilihat oleh mikroskop biasa.
Pembentukan askospora. Pada khamir diploid seperti Saccharomyces cerevisiae, meiosis dapat terjadi langsung dari sel vegetatif. Spora berbentuk bulat atau oval dengan permukaan halus.
Saccharomyces cerevisiae berfungsi dalam pembuatan roti dan bir, karena Saccharomyces bersifat fermentatif (melakukan fermentasi, yaitu memecah glukosa menjadi karbon dioksida dan alkohol) kuat. Namun, dengan adanya oksigen, Saccharomyces juga dapat melakukan respirasi yaitu mengoksidasi gula menjadi karbon dioksida dan air.

V.              Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Proses Respirasi

Tabung
Warna Sebelum
Warna Sesudah
10’
10’
10’
10’
A
Biru
+
++
++
+++
B
Biru pekat
-
+
+
++
C
Biru
++
+++
+++
++++
D
Biru
+
++
+++
+++

Keterangan:
            (-)        : tidak memudar
(+)       :kurang memudar
(++)     : memudar
(+++)   : sangat memudar
(++++) : kembali ke warna semula (bening)

VI.              Pembahasan
Untuk mengetahui proses oksidasi dan proses respirasi ini dilakukan pengujian menggunakan larutan ragi yang berisi jamur Saccharomyces cerevisiae dan larutan glukosa 10% dengan methylene blue sebagai indikator serta dilakukan pengenceran dengan aquades. Pada pengujian proses respirasi ini dilakukan pengujian respirasi secara aerobik (dengan oksigen) dan respirasi secara anaerobik (tanpa oksigen). Karena larutan ragi yang digunakan merupakan ragi yang berisi jamur Saccharomyces cerevisiae, dimana jamur ini bersifat anaerob fakultatif yaitu jamur ini dapat melakukan respirasi baik dengan oksigen maupun tanpa oksigen. Tapi respirasi pada jamur ini berjalan dengan optimal apabila tidak terdapat oksigen.
Prosedur dari pengujian ini adalah larutan ragi yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam tabung reaksi A dan B, sedangkan larutan suspensi ragi yang tidak dipanaskan dimasukkan ke dalam tabung reaksi C dan D. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan larutan glukosa 10% sebanyak 1 mL dan methylene blue yang bertindak sebagai indikator sebanyak 1 mL serta dilakukan pengenceran dengan menambahkan aquades sebanyak 5 mL pada masing-masing tabung reaksi. Prosedur yang terakhir sebelum tabung reaksi dimasukkan ke dalam penanggas air adalah tabung reaksi A (berisi larutan suspensi ragi yang dipanaskan) ditutup dengan kapas agar tidak ada oksigen yang masuk, sedangkan tabung reaksi B tidak ditutup. Lalu tabung reaksi C (yang berisi larutan suspensi tidak dipanaskan) ditutup dengan kapas dengan tujuan yang sama, sedangkan tabung reaksi D tidak ditutup. Perbedaan hasil dari masing-masing tabung reaksi tersebut vb akan dibahas pada uraian berikut ini
a.      Tabung Reaksi A
Indikator yang digunakan adalah methylen blue yang menyebabkan larutan berwarna biru. Ini untuk menunjukkan proses respirasi, jika larutan berubah warna menjadi bening maka larutan tersebut mengalami rspirasi. 
Untuk praktikum pada tabung A, adalah ketika tabung reaksi A dimasukkan ke dalam gelas kimia dengan air yang bersuhu 39 derajat Celcius lalu didiamkan selama selang waktu 10 menit selama 40 menit. Pada 10 menit pertama warna larutan berubah dari biru pekat menjadi warna biru yang memudar sedikit (hampir biru muda) dengan tanda (+), yang artinya selama 10 menit pertama larutan tabung A mengalami respirasi.
Pada 10 menit kedua, terjadi perubahan warna dari warna biru yang memudar sedikit (hampir biru muda) bertanda (+) berubah menjadi berwarna biru yang agak memudar (biru muda) dengan tanda (++), hal ini membuktikan bahwa jamur Saccharomyses pada laruran gist mengalami respirasi.
Pada 10 menit ketiga dan keempat, larutan tidak mengalami perubahan warna. Warna tetap pada warna biru yang agak memudar (biru muda) dengan tanda (++), hal ini disebabkan karena larutan gist pada tabung A sebelumnya dilakukan pemanasan atau diberi perlakuan dengan mendidihkan larutan gist yang menyebabkan jamur Saccharomyces cerevisiae pada larutan gist tersebut sebagian ada yang mati. Sehingga pada saat tabung A didiamkan di dalam gelas kimia dengan air bersuhu 39 derajat Celcius pada menit ketiga dan keempat kemungkinan jamurnya seluruhnya sudah mati, jadi tidak terjadi lagi proses respirasi atau oksidasi.
Apalagi tabung A diberi perlakuan lain yaitu ditutupnya lubang udara diujung tabung reaksi dengan menggunakan kapas yang menyebabkan tidak adanya oksigen yang masuk saat proses respirasi dan oksidasi, sehingga proses reaksi pada tabung A bisa dikatakan sebagai proses respirasinya anaerob, atau respirasi yang terjadi tanpa adanya oksigen. Walaupun begitu, tabung A memiliki reaksi yang lebih optimal jika dibandingkan dengan tabung B, karena sebuah reaksi yang optimal itu adalah reaksi yang tanpa oksigen atau anaerob.
b.      Tabung Reaksi B
Respirasi aerob yaitu serangkaian reaksi enzimatik yang menguubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O dan energi. Reaksi dapat terjadi secara sempurna karena terdapat cukup oksigen. energi yang dihasilkan dalam respirasi aerob adalah 38 ATP.  Menurut jenisnya yang dilakukan pada tabung reaksi B ini merupakan respirasi aerob hal ini dikarenakan proses respirasi ini berlangsung dengan adanya oksigen.
Indikator yang digunakan untuk  mengetahui terjadinya perubahan warna yaitu dengan Methylene blue yang menyebabkan warna biru pada larutan. Perlakuan yang digunakan dalam tabung B ini ragi dipanaskan dan tabung B dibiarkan terbuka (tidak ditutup).
Warna awal yang terjadi pada tabung reaksi B adalah biru pekat. Warna ini berbeda dengan warna biru yang ada pada tabung reaksi lainnya. Setelah dimasukkan ke dalam penangas air dan di diamkan selama 10 menit dan tidak terjadi perubahan warna atau dengan kata lain warnanya tidak memudar (-), lalu pada 10 menit kedua masih berwarna biru pekat tetapi tidak sepekat pada 10 menit pertama atau dengan kata lain kurang memudar (+), lalu pada 10 menit ke tiga warna birunya tetap sama seperti 10 menit sebelumnya atau kata lainnya kurang memudar (+), dan yang pada 10 menit terakhir  warna birunyaa agak memudar (++). Hal ini dikarenakan warna birunya tidak sepekat 10 menit sebelumya.    
Menurut teori apabila ragi yang berisi jamur Saccharomyces cerevisiae dipanaskan hingga suhu melebihi 40◦C maka jamur akan mati dan proses respirasi tidak akan terjadi. Menurut asumsi praktikan bahwa ketika dilakukan pemanasan pada ragi, ragi dipanaskan tidak sampai benar-benar mendidih sehingga masih ada sebagian jamur yang masih hidup dan proses respirasi masih  dapat berlangsung ditandai dengan memudarnya warna biru pada tabung reaksi B. Tetapi proses respirasi tidak berjalan dengan baik dikarenakan warna tidak kembali ke warna semula (bening) terlebih warna biru pada tabung B di 10 menit terakhir masih terhitung pekat jika dibandingkan dengan tabung reaksi D yang sama-sama tidak ditutup karena jamur ini bersifat anaerob fakultatif, meskipun jamur ini dapat melakukan respirasi dengan adanya oksigen tetapi respirasi pada jamur ini akan berjalan lebih baik tanpa oksigen sehingga reaksi pengubahan glukosa akan terjadi secara sempurna.
c.       Tabung Reaksi C
Pada tabung C terjadi respirasi anaerob (respirasi tanpa oksigen), respirasi anaerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa secara tidak sempurna karena kekurangan oksigen sehingga hasil dari respirasi ini adalah etanol, karbon dioksida dan ATP.
Indikator yang dipakai dalam percobaan ini yaitu methylene blue, larutan yang menyebabkan warna menjadi biru pada larutan. Pada tabung C mendapat perlakuan dengan ragi yang tidak dipanaskan dan tabung ditutup dengan kapas sehingga tidak ada oksigen yang keluar masuk.
Pada pengamatan tabung C dapat dikatakan sebagai respirasi anaerob karena respirasi yang berlangsung tanpa memerlukan oksigen dalam jumlah yang besar dengan dilakukannya perlakuan pada tabung C yang ditutup sehingga proses yang terjadi berlangsung sangat cepat hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil pengamatan yaitu pada 10 menit pertama terjadi peruban warna menjadi biru agak memudar(++), lalu pada 10 menit ke dua sampai menit ke tiga warna biru sangat memudar(+++). Pada menit ke empat baru menunjukkan perubahan warna menjadi kembali pada warna semula(++++). Hal ini dapat meunjukan bahwa kerja respirasi berlangsung dengan baik, karena warna pada menit yang terakhir kembali pada warna semula (bening) karena jamur Saccharomyces cerevisiae melakukan respirasi dengan baik tanpa oksigen.
d.      Tabung Reaksi D
Respirasi adalah proses perombakan bahan makanan atau zat organik menggunakan oksigen sehingga dihasilkan karbon dioksida, uap air, dan ATP (energi). Menurut jenisnya pengujian yang dilakukan pada tabung reaksi D ini merupakan respirasi aerob atau dapat diartikan sebagai serangkaian reaksi enzimatik yang mengubah glukosa sebagai bahan organik menjadi bahan anorganik (CO2 dan H2O) serta ATP dengan bantuan oksigen. Apabila reaksi yang terjadi telah sempurna maka energi yang dihasilkan adalah sebanyak 38 ATP.
Indikator yang digunakan untuk mengetahui terjadinya proses respirasi secara sempurna adalah warna biru yang disebabkan oleh methylene blue memudar sehingga larutan kembali ke warna semula (bening). Perlakuan yang diterapkan pada tabung reaksi D ini adalah larutan ragi yang tidak dipanaskan dan tabung reaksi tidak ditutup dengan kapas hingga oksigen dapat masuk.
Warna awal larutan sebelum dimasukkan ke dalam penanggas air dengan suhu 35˚C-40˚C adalah warna biru. Setelah dimasukkan ke dalam penanggas air dan didiamkan selama 10 menit warna birunya kurang memudar (+) sehingga warna larutan masih dominan biru. Pada 10 menit kedua warna birunya sedikit memudar (++), pada 10 menit ketiga warna birunya sangat memudar (+++) dan pada 10 menit terakhir warna birunya pun sangat memudar (+++) hingga menghasilkan warna akhir larutan adalah bening kebiruan. Namun dari warna yang dihasilkan di 10 menit terakhir ini menunjukan bahwa proses respirasi berjalan dengan baik namun reaksinya belum sempurna. Respirasi ini berjalan dengan baik ditandai dengan memudarnya warna biru dari 10 menit pertama hingga seterusnya dan terjadi peningkatan dalam proses memudarnya warna tersebut, namun reaksi pengubahan glukosa ini belum berjalan sempurna ditandai dengan masih adanya warna biru meskipun samar pada larutan dengan kata lain larutan belum kembali ke warna semula (bening). Meskipun dikatakan secara teori bahwa respirasi secara aerob ini akan berjalan sempurna karena adanya dorongan energi secara optimal dari oksigen, namun menurut asumsi praktikan dikarenakan pengujian ini menggunakan larutan ragi yang berisi jamur Saccharomyces cerevisiae yang bersifat anaerob fakultatif, dimana respirasi ini akan berjalan lebih baik apabila tanpa oksigen sehingga larutan yang terdapat dalam tabung reaksi D ini membutuhkan waktu yang lebih dari 40 menit agar reaksinya sempurna dan larutan dapat kembali ke warna semula serta dapat dihasilkan energi secara maksimal yaitu 38 ATP.

VII.              Pertanyaan
1.      Apakah yang dimaksud dengan respirasi sel?
Jawaban:
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
2.      Apakah yang dimaksud dengan oksidasi?
Jawaban:
Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen.
3.      Apa sebabnya terjadi perbedaan kecepatan perubahan warna antara tabung A, B, C, dan D?
Jawaban:
Perbedaan kecepatan perubahan warna pada ke empat tabung reaksi tersebut adalah selain dari perlakuan yang berbeda pada setiap tabung, juga dipengaruhi karena adanya oksigen atau tidak adanya oksigen dalam proses respirasi tersebut. Tabung reaksi  yang ditutup mengalami perubahan  warna lebih cepat dibanding yang tidak ditutup hal ini karena jamur Saccharomyces cerevisiae bersifat anaerob fakultatif sehingga proses respirasi berjalan lebih baik tanpa adanya oksigen menghasilkan perubahan warna yang lebih cepat dan juga pengaruh suhu atau temperature, apabila larutan ragi dipanaskan melebihi suhu 40˚C maka jamur Saccharomyces cerevisiae mati dan proses respirasi tidak akan berlangsung sehingga tidak terjadi perubahan warna sedangkan apabila tidak dipanaskan maka proses respirasi dapat berlangsung dan perubahan warna akan terjadi lebih cepat.

VIII.              Simpulan 
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh simpulan sebagai berikut:
·         Respirasi sel berlangsung di mitokondria melalui serangkaian proses untuk mengubah zat organic menjadi anorganik dan menghasilkan energi.
·    Respirasi yang terjadi pada ragi termasuk reaksi respirasi anaerobik atau dapat diartikan sebagai reaksi enzimatik yang mengubah glukosa seacara tidak sempurna karena berlangsung tanpa atau kurang oksigen. Proses respirasi pada ragi ini berlangsung dengan baik tanpa oksigen ditandai dengan memudarnya warna biru dengan cepat (pada tabung reaksi C). Hal ini karena jamur Saccharomyces cerevisiae termasuk jamur yang bersifat anaerob fakultatif.




DAFTAR PUSTAKA

Tersedia: http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2012-2-00812-HM%20Bab2001.pdfx. Diakses tanggal 16 November 2017.
Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces_cerevisiae Diakses pada tanggal 16 November 2017.



LAMPIRAN


 1. Warna Awal




2.  Warna pada 10 menit pertama






 3.       Warna pada 10 menit kedua




4. Warna pada 10 menit ke tiga



5.  Warna pada 10 menit keempat



 6.      Warna pada 10 menit keempat





Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN "AKTIVITAS ENZIM AMILASE"

LAPORAN KULIAH LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) _ "PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN"