PRAKTIKUM 1_ FISIOLOGI HEWAN_ "SISTEM PENCERNAAN PADA Paramecium sp."
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
SISTEM PENCERNAAN PADA Paramecium sp.
LAPORAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum
mata kuliah Fisiologi Hewan yang diampu oleh
Siti Nurkamilah, M.Pd.
Disusun Oleh:
Fitriani Dewi S 15542030
Raisya Fajriani 15543004
Riri Nur Syiam 15543013
Siti Rosidah 15544011
Yaman Hidayat 15544014
Kelas : 3-B
PROGRAM STUDI:
PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
GARUT
2017
Judul : Sistem Pencernaan Pada Paramecium sp.
Hari/Tanggal : Selasa/24 Oktober 2017
I.
Tujuan
Untuk
mengetahui proses pencernaan makanan dengan mengamati proses siklosis dan
eksostosis pada Paramecium sp.
II.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Air kultur murni Paramecium sp
2. Larutan suspensi (ragi dan larutan gula)
3. Larutan suspensi dan carmin
4. Kapas
III.
Cara Kerja
a. Pembuatan
Air Kultur Murni Paramecium sp.
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat air kultur murni Paramecium sp. Alat yang diperlukan
adalah 2 buah gelas kimia dengan kapasitas 500 mL, 1 buah spirtus, 1 buah kaki
tiga, 1 buah kawat kasa dan 1 buah thermometer. Sedangkan bahan yang diperlukan
adalah 1 Liter air sawah dan jerami secukupnya.
2.
Dituangkan
air sawah ke dalam dua gelas kimia masing-masing 500 mL.
3.
Salah
satu gelas kimia yang berisi air sawah di didihkan menggunakan spirtus hingga
suhu 100oC bertujuan untuk membunuh bakteri dan oganisme lain yang
terdapat dalam air sawah tersebut agar steril, sedangkan air sawah yang berada
dalam gelas kimia lainnya digunakan untuk mencari bibit Paramecium sp. (minimal dicari 20 Paramecium sp.)
4.
Air
sawah yang di didihkan dan telah mencapai suhu 100oC di diamkan
terlebih dahulu hingga suhunya dibawah 36oC.
5.
Jerami
dipotong-potong lalu dimasukan ke dalam air sawah yang suhunya telah dibawah 36oC
6.
Bibit
Paramecium sp. yang telah ditemukan
di masukan ke dalam air sawah yang telah ada jeraminya.
7.
Gelas
kimia ditutupi oleh plastik yang telah dilubangi (lubang-lubang kecil yang
dibuat menggunakan pensil) atasnya.
8.
Diamkan
selama 4 hari.
9.
Setelah
4 hari, disiapkan air sawah yang telah di didihkan dan di diamkan hingga
suhunya 36oC.
10.
Air
sawah yang telah didiamkan 4 hari, di amati dan di cari bibit Paramecium sp. (minimal 20).
11.
Dimasukan
jerami yang telah di potong-potong secukupnya ke dalam air sawah yang telah di
didihkan dan di diamkan hingga suhunya 36oC.
12.
Dimasukan
bibit Paramecium sp. yang telah di
temukan dari air sawah yang telah di diamkan selama 4 hari tadi (no. 10).
13.
Gelas
kimia ditutupi oleh plastik yang telah dilubangi (lubang-lubang kecil yang
dibuat menggunakan pensil) atasnya.
14.
Diamkan
selama 4 hari.
15.
Dilakukan
pengulangan kembali dalam 4 hari kemudian untuk dihasilkan kultur murni dari Paramecium sp.
b. Mengetahui
Pencernaan Makanan dengan mengamati Proses Siklosis dan Eksositosis pada Paramecium sp.
1.
Disiapkan
alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum ini. Alatnya terdiri atas
mikroskop, kaca objek dan penutupnya, pipet tetes. Sedangkan bahannya terdiri
air kultur murni dari Paramecium sp., larutan
suspensi (ragi dan larutan gula) ragi carmin, serta kapas.
2.
Diteteskan
satu tetes air kultur murni dari Paramecium
sp. pada kaca objek, lalu tutup menggunakan kaca penutup preparat. Diamati
di bawah mikroskop apakah terdapat Paramecium
sp. atau tidak.
3.
Jika
terdapat Paramecium sp. lalu bubuhkan
sedikit kapas yang bertujuan agar Paramecium
sp. tidak bergerak terlalu cepat. Lalu di teteskan satu tetes larutan
suspensi atau ragi carmin. Lalu ditutup menggunakan kaca penutup preparat.
4.
Diamati
dengan mikroskop bagaimana terbentuknya vakuola makanan dan gerakan vakuola
(siklosis dan eksositosis).
IV.
Landasan Teori
Metabolisme
merupakan aktivitas hidup yang selalu terjadi pada setiap sel hidup, pada metabolisme
sel bahan dan energy diperoleh dari lingkungan sel yang berupa cairan
(kusmiawati, 2014:1). Secara umum metabolisme memiliki dua arah lintasan kimia
organik, yaitu katabolisme dan anabolisme. Katabolisme ialah suatu reaksi
dekomposisi (pemecahan), yang memecahkan molekul-molekul besar menjadi
molekul-molekul kecil (kurnadi, 2001:8). Salah satu proses katabolisme yaitu
pencernaan makanan yang berguna untuk menambah energi yang berguna bagi tubuh.
Pencernaan makanan dibagi ke dalam dua jenis yaitu pencernaan intraseluler dan
pencernaan ekstaseluler. Pencernaan ekstraseluler adalah perombakan makanan di
luar sel (Husaman, 2013:10). Sedangkan pencernaan intraseluler adalah proses
perombakan makanan yang terjadi didalam sel.
Pada
protozoa, proses pencernaannya terjadi dalam vakuola. Mula-mula, lisosom
menyekresikan enzim pencrnaan ke dalam vakuola makanan. Enzim tersebut
menyebabkan suasana vakuola berubah menjadi asam sehingga bahan makanan
tercerna. Selanjutnya, terjadi pemisahan berbagai garam kalsium. Hal ini akan
menciptakan suasana lingkungan dengan pH yang tepat bagi berbagai enzim untuk
berfungsi secara optimal. Dalam keadaan seperti itu, bahan makanan akan
disederhanakan sehingga dapat diserap oleh sitoplasma. Berakhirnya proses
pencernaan ditandai dengan adanya perubahan keadaan lingkungandalam vakuola
menjadi netral. Bahan makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui proses
eksositosis.
Menurut
Campbell et all (2004:4) “vakuola makanan, organel seluler dimana enzim
hidrotik merombak makanan tanpa mencerna sitoplasma sel sendiri, adalah
kompartemen yang paling sederhana”. Protista heterotrofik mencerna makananya
dalam vakuola makanan, umumnya setelah menelan makanan melalui fasogitosis atau
pinositosis. Vakuola makanan menyatu dengan lisosom yang merupakan organel yang
mengandung enzim hidrolitik. Keadaan ini akan memungkinkan makanan bercampur
dengan enzim sehingga pencernaan terjadi secara aman di dalam suatu kompartemen
yang terbungkus oleh membrane. Mekansisme pencernaan ini disebut pencernaan
instraseluler. “complex body plans also
include a circulatory fluid, such as blood. Exchange between the interstitial
fluid and the circulatory fluid enables cell troughout the body to obtain
nutients and get rid of wastes” (Campbell, 2011:854). Dengan adanya
pertukaran cairan interstitial antar sel memungkinkn masuknya nutrisi dan
membuang sampah sisa metabolism, sehingga kebutuhan tubuh akan energi dapat
terpenuhi.
V.
Hasil Pengamatan
Video Siklosis dan Eksositosis 1
Video Siklosis dan Eksositosis 2
Video Siklosis dan Eksositosis 3
Video Perputaran Pada Vakuola Makanan
VI.
Pembahasan
Paramecium
sp. merupakan organisme dari kelas Cilliata, filum Protozoa. Paramecium sp.
mempunyai ciri, yaitu adanya silia yang berfungsi sebagai alat gerak. Habitat
Paramecium sp. Adalah di air tawar dan juga mudah ditemukan pada sisa tumbuhan
yang membusuk. Pada pratikum yang kami lakukan Paramecium sp. dapat ditemukan
di objek yang kami amati, yaitu di air sawah dengan campuran jerami sebagai
makanannya yang di simpan selama empat hari.
Untuk
mengetahui bagaimana proses pencernaan makanan dalam Paramecium sp. diawali
dengan pembuatan makanan untuk Paramecium sp.
yang berupa ragi (yeast). Ada dua macam makanan untuk Paramecium sp. yang digunakan dalam praktikum
yang kami lakukan. Larutan ragi yang pertama adalah campuran antara ragi dan
gula dengan persentase 10 gr ragi, 25 gr gula dan 250 mL air, nama untuk
larutan campuran ini disebut larutan suspense, larutan ini berwarna putih.
Larutan ragi yang ke dua adalah campuran antara larutan suspense dengan carmin,
carmin ini memberikan warna pada larutan suspensi menjadi warna kemerah mudaan,
maka dari itu larutan ini disebut larutan carmin. Warna merah muda pada carmin
berfungsi untuk memberikan warna pada ragi agar ketika jamur ragi yang dimakan
oleh Paramecium sp. akan terlihat begitu jelas dan ketika Paramecium sp.
mencerna makanan tersebut akan terlihat begitu jelas mengenai system
pencernaannya ketika makanan tersebut di cerna oleh Paramecium sp.
Proses pencernaan makanan pada Paramecium
sp
Pada
Paramecium sp. makanan akan masuk lewat satu lubang yang disebut rongga mulut.
Pencernaan makanan terjadi dalam vakuola makanan. Vakuola makanan merupakan
organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan
mengedarannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya
makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke
dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring
dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan
mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk.
Pencernaan
makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di
dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis, gerakan ini mempunyai
arah yang sama seperti arah jarum jam, yaitu searah dengan jarum jam. Enzim
pencernaan yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang
disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan. Vakuola makanan yang
bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses
digesti dan absorpsi.
Pada
praktikum dengan menggunakan larutan suspense dan larutan carmin yang kami
lakukan, tidak terjadi perubahan warna pada vakuola makanan Paramecium sp. yang menandakan adanya proses pencernaan
makanan. Akan tetapi, walaupun tidak adanya perubahan warna pada vakuola
makanan Paramecium sp. tetap saja proses
pencernaan makanan terjadi.
Ketika Paramecium sp. mencerna makanan terjadi perubahan pH pada
vakuola makanan Paramecium sp. selama
proses pencernaan makanan disebabkan karena adanya enzim-enzim yang diekskresikan
oleh lisosom. Untuk mencerna makanan, lisosom akan berfusi dengan vakuola
makanan. Enzim-enzim pada lisosom akan bekerja optimal pada pH sekitar 5. Jadi
ketika sediaan makanan berupa larutan suspense atau carmin masuk ke dalam
vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan
berubah menjadi bersifat asam untuk mengoptimalkan kerja enzim-enzim yang
dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka
vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom
terpisah dari vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya.
Hal ini menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa.
Lalu,
setelah makanan dicerna, ada bagian dari substansi makanan yang diabsorpsi
masuk kedalam darah untuk diangkut menuju ke sel jaringan, dan ada juga bagian
dari substansi makanan yang tidak dapat dicerna (dalam bentuk zat buangan). Zat
buangan ini disimpan untuk sementara yang kemudian nantinya akan dibuang keluar
melalui sitopage. Proses pembuangan ini disebut defekasi atau eksositosis.
Defekasi atau eksositosis ini bisa keluar melewati lubang apa saja dari bagian
tubuh sel Paramecium sp. yang artinya tidak terpaku pada satu lubang
pengeluaran.
VII. Pertanyaan
1. Bagaimana
terjadinya vakuola makanan?
Vakuola makanan akan terbentuk ketika makanan yang masuk
mencapai bagian sitofaring. Ketika makanannya masuk ke dalam sel Paramecium sp. melalui rongga mulut lalu
ke sitoplasma kemudian makanan akan didorong masuk ke sitofaring dengan bantuan
gerakan silia dan dorongan air hingga makanan sampai di dasar sitofaring dan
vakuola makanan akan terbentuk.
2. Apakah
vakuola makanan itu bergerak?
Vakuola makanan pada Paramecium
sp. ini bergerak dengan gerakan yang memutar.
3. Jika
bergerak kemanakah arahnya dan berapa lama sampai terjadinya defekasi?
Gerakan memutar pada vakuola makanan bergerak searah jarum
jam, serta proses defekasi atau eksositosis pada Paramecium sp. berlangsung dengan cepat.
VIII. Kesimpulan
Pencernaan makanan pada Paramecium sp. diawali dengan proses
masuknya makanan melewati satu lubang yang disebut rongga mulut atau oral
groove, lalu makanan dicerna di vakuola makanan melalui proses siklosis yang
memiliki gerakan memutar searah jarum jam, kemudian zat buangan yang sudah
tidak diperlukan akan keluar dari tubuh Paramecium
sp. melalui proses eksositosis yang keluar dari berbagai bagian tubuh Paramecium sp. yang artinya tidak
terpaku pada satu lubang pengeluaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Soewolo.
2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta:
DIKTI Departemen Pendidikan Nasional
Wulangi,
Kartolo S. 1993. Prinsip-prisip Fisiologi
Hewan. Bandung: ITB
LAMPIRAN
Pembuatan Air Kultur Murni Paramecium sp.
Ragi yang digunakan sebagai makanan Paramecium sp. (Larutan suspensi dan larutan suspensi dengan carmin)
Komentar
Posting Komentar