PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN "UJI GOLONGAN DARAH"

PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
UJI GOLONGAN DARAH
LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan yang diampu oleh
Siti Nurkamilah, M.Pd.

Disusun Oleh:
Fitriani Dewi S                      15542030
Raisya Fajriani                       15543004
Riri Nur Syiam                      15543013
Siti Rosidah                           15544012
Yaman Hidayat                     15544014

Kelas : 3-B


PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
GARUT
2017





Judul              : Uji Golongan Darah
Hari/Tanggal : Selasa/19 Desember 2017

I.              Tujuan
Untuk mengetahui cara-cara menentukan golongan darah.

II.           Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
No.
Alat
Fungsi
1.
Blood lancet

Digunakan untuk menusuk ujung jari agar mengeluarkan darah.
2.
Tusuk gigi

Digunakan untuk mengaduk tetesan darah yang telah ditetesi antisera hingga homogeny.
3.
Kaca objek
 

Digunakan sebagai tempat atau media pengujian darah.

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
No.
Bahan
Fungsi
1.
Darah



Sebagai sampel yang digunakan untuk diuji golongan darahnya
2.
Alcohol 70%



Digunakan untuk mensterilisasi
3.
Kapas


Digunakan untuk menghapus ujung jari agar steril
4.
Satu set antisera ABO
 




  

Digunakan untuk mengetahui penggumpalan atau tidak terjadi penggumpalan pada darah yang telah ditetesi.


III.              Cara Kerja
1.      Dihapus ujung jari dengan menggunakan kapas yang telah direndam dalam alcohol 70%.
2.      Ditusuk jari tersebut dengan menggunakan blood lancet steril.
3.      Dihapus tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas beralkohol bersih hingga bersih.
4.      Kemudian dipijat jari tersebut dengan perlahan hingga keluar darah dari luka tadi, selanjutnya diteteskan darah yang keluar pada gelas objek di empat tempat dalam satu gelas objek.
5.      Diteteskan satu tetes antisera A pada salah satu sisi dari tetesan darah tersebut, dengan cara yang sama teteskan satu tetes antisera B, AB, dan Rh pada ketiga tetesan darah.
6.      Diaduk tetesan masing-masing antisera dengan darah tersebut dengan menggunakan ujung tusuk gigi secara terpisah.
7.      Setelah diaduk, dibiarkan beberapa saat, diperhatikan apa yang terjadi pada masing-masing campuran darah dan antisera tersebut, campuran mana yang terjadi penggumpalan dan mana yang tidak terjadi penggumpalan.

IV.           Landasan Teori
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia dari hasil metabolisme, serta sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri (Notoatmodjo,2003).
Darah pada manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk Heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen (Rustam, 1998).
Darah merupakan medium transport dari sistem sirkulasi. Darah tidak hanya mengangkut O2 dan CO2 ke  jaringan dan dari jaringan dan paru-paru, tetapi juga mengangkut bahan lainnya di seluruh badan, diantaranya molekul-molekul makanan (seperti gula dan asam amino), limbah metabolism (urea), ion-ion dari macam-macam garam dan hormon-hormon (Waluyo, 2006: 171).
Selain itu, darah juga unit fungsional selular pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%. Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah (Ferdiansyah. 2012).
1.      Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) merupakan bagian utama penyusun sel sel-sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb) yang menyebabkan darah berwarna merah. Hemoglobin adalah suatu protein yang mengandung senyawa hemin (zat besi). Serta hemoglobin juga mempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2. Sel darah merah (eritrosit) berbentuk bikonkav. Sel darah merah berguna untuk mengikat gas pernapasan dan mengangkutnya ke atau dari jaringan (alat pernapasan) (Waluyo, 2006: 171).
2.      Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih (leukosit), jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada sel-sel darah merah dan rasio perbandingan antara kedua tipe tersebut kira-kira 1:700. Proses pembentukan pada umumnya terjadi di sumsum tulang. Sebenarnya ada 5 tipe leukosit yang beredar dalam tubuh, namun berdasarkan dengan perkembangan zaman, sel-sel darah putih dibedakan dalam 3 jenis, diantaranya Granulosit, diantaranya neutrofil, basonofil, eosinofil dan basofil. Memiliki ciri-ciri mengandung granula, inti besar dibandingkan sitoplasma. Inti tersebut bersifat polymorphis, yaitu menggembung tidak teratur.
Limfosit, tidak mengandung granula, inti sangat besar dibandingkan sitoplasma, dapat berubah bentuk dan berpindah (ameboid) dari kapiler ke jaringan. Untuk kembali lagi ke peredaran darah, limfosit masuk melalui pembuluh limfe.
Monosit, memiliki bentuk yang lebih besar dari kedua jenis diatas, berinti besar dan tebal membentuk huruf J (Waluyo, 2006: 171).
3.      Keping-keping Darah (Trombosit)
Keping darah (trombosit) merupakan fragmen-fragmen besar sel yng disebut megakariosit. Karakteristik keeping darah sebagai berikut:
·         Keping darah berukuran kecil, bentuknya tidak beraturan.
·         Keping darah tidak berinti sehingga berumur pendek.
·         Masa hidup keping darah sekitar 10-12 hari.
·         Dalam setiap mililiter darah terdapat keeping darah sekitar 200.000-400.000 butir (Omegawati, 2010:82).
·         Keping darah ini berperan ini dalam proses penggumpalan darah (Omegawati, 2010:82).
Plasma darah merupakan komponen penyusun sel-sel darah yang berbentuk suatu cairan yang berwarna kekuning-kuningan. Plasma darah terdiri atas berbagai macam zat makana (glukosa, asam amino, asam lemak, lemak, protein) hormon, enzim, antibodi, dan garam mineral serta air yang merupakan komponen utama yang berfungsi sebagai pelarut yang terbaik di dalam plasma darah, sehingga dapat menyebabkan darah sebagai medium transport yang efektif (Waluyo, 2006: 171).
Golongan darah manusia memiliki perbedaan susunan protein yang terdapat dalam darahnya. Protein yang memegang peranan untuk ini adalah antigen dan aglutinin (antibodi). Antigen, protein yang terdapat dalam eritrosit, aglutinin dalam plasma. Aglutinin akan menyerang antigen darah segolongan dengan dia. Aglutinin akan yang menyerang antigen itu menyebabkan terjadinya penggumpalan (aglutinasi) (Yatim, 2006:211-212).
1.      Aglutinogen
Dua jenis antigen berbeda tetapi berhubungan tipe A dan tipe B terdapat pada permukaan eritrosit berbagai orang, karena antigen ini diturunkan, seseorang dapat tidak mempunyai salah satu dari antigen ini, atau dapat mempunyai salah satu keduanya (Guyton, 1990:65).
Beberapa darah juga mengandung antibodi kuat yang secara spesifik bereaksi dengan antigen tipe A dan tipe B dalam sel, menyebabkan aglutinasi dan hemolisis. Karena antigen tipe A dan tipe B dalam sel membuat sel peka terhadap aglutinasi atigen-antigen ini dinamakan aglutinogen (Guyton, 1990:68).
2.      Aglutinin
Bila aglutinogen tipe a tidak terdapat dalam sel darah merah seseorang dalam plasmanya terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti A. Apabila tidak terdapat aglutinogen tipe B dalam sel darah merah, dalam plasma terbentuk antibodi yang dikenal sebagai aglutinin anti B (Guyton, dkk. 1996: 572).
Golongan darah O, meskipun tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti A dan anti B, golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti B, dan golongan darah B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti A. Akhirnya, golongan darah AB Mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung agglutinin sama sekali (Guyton, dkk. 1996: 572).
Sistem golongan darah pada manusia ada 3 macam, yaitu sistem ABO, sistem MN, system Rhesus (Rh). Ketiga penggolongan darah tersebut didasarkan atas kehadiran antigen (aglutinogen) tertentu dalam sel darah merahnya dan aglutinin. Menurut Bernstein (Jerman) dan Furuhata (Jepang) golongan darah ini dikendalikan oleh sepasang gen (Waluyo, 2006: 178).
1.      Sistem ABO
Dalam sistem ABO, golongan darah manusia terbagi atas; Golongan darah A, Golongan darah B, Golongan darah AB, Golongan darah O. Golongan darah A mengandung antigen A dalam eritrosit dan aglutinin β dalam plasma. Golongan darah B mengandung antigen B dalam eritrosit dan aglutinin α pada plasma. Golongan darah ABmengandung antigen A dan B dalam eritrosit tetapi tidak satupun terdapat aglutinin α dan β. Sedangkan golongan darah O tidak mengandung antigen Adan B dalam eritrosit, tetapi terdapat kedua aglutinin  α dan β dalam plasma (Yatim, 1987: 212).
2.      Sistem MN
Pada tahun 1972, K.Landsteiner dan P.Levine telah menemukan golongan darah sistem MN pada golongan darah manusia akibat dari ditemukannya antigen M dan antigen N pada sel darah merah (eritrosit )manusia. System golongan darah ini terdiri atas 3 jenis, yaitu Golongan M, mengandung antigen M, Golongan N, mengandung antigen N, Golongan MN, mengandung antigen  M dan antigen N (Waluyo, 2006: 179).
3.      Sistem Rhesus (Rh)
Sistem golongan darah Rhesus (Rh) pertama kali ditemukan pada jenis kera Macaca Rhesus pada tahun 1940 oleh K. Landsteiner dan Wiener.Pada jenis ini ditemukan antigen Rhesus pada eritrositnya. Sistem penggolongan darah rhesus juga berlaku pada manusia karena antigen Rhesus juga dimiliki oleh manusia. Orang yang memilki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+), sedangkan yang tidak memilikinya dinamakan rhesus negatif (Rh–). Sistem rhesus ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat dominan terhadap alel rh (Waluyo, 2006: 180).
Pada wanita Rh– kalau mengandung embrio bergolongan Rh+, untuk kandungan pertama tidak apa-apa. Tetapi untuk kandungan kedua bergolongan Rh+ juga, maka akan terjadi eritroblastolis fetalis, artinya bayi yang lahir akan menderita anemia yang parah dan di dalam darah bayi banyak beredar eritroblast, yaitu eritrosit yang belum matang sehingga tubuh menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena eritrosit janin akan kemasukan zat antibodi Rh+ dari darah dan mengaglutinasi eritrosit janin (Waluyo, 2006: 181).

V.              Hasil Pengamatan

No
Nama
Anti-A
Anti-B
Anti-AB
Anti-D
Tipe Golongan
Darahnya
Resus
Gambar
1
Fitriani Dewi S
+
-
+
+
A
R+



2
Raisya Fajriani
+
-
+
+
A
R+



3
Riri Nur Syiam
-
-
-
+
O
R+


4
Siti Rosidah
-
-
-
+
O
R+


5
Yaman Hidayat
+
+
+
+
AB
R+


     Keterangan:
1.      (+) = Menggumpal
2.      (-) = Tidak Menggumpal/ cair
3.      R+ = Resus positif
4.   R- = Resus Negatif

VI.           Pembahasan
Darah merupakan cairan berisi leukosit, eritrosit dan trombosit yang terdapat pada semua makhluk hidup tingkat tinggi (kecuali tumbuhan) yang berfungsi mengirimkan zat-zat mineral dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolism dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus dan bakteri.
Darah khususnya pada manusia befungsi untuk mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel tubuh. Darah juga menyuplai zat-zat sisa metabolism, dan mengandung berbagai bahan penyusun system imun yang bertujuan untuk antibody mencegah penyakit. Hormone-hormon dari system endokrin juga diedarkan melalui darah.
Pada praktikum yang kami lakukan kali ini bertujuan untuk menguji golongan darah dengan menggunakan Anti-sera. Langkah pertama yang dipersiapkan adalah menyiapkan alat dan bahan untuk praktikum, yang diantaranya, Anti-sera (Anti-A, Anti-B, Anti-AB dan Anti-D) berfungsi untuk melihat ada tidaknya aglutinasi (penggumpalan), alcohol 70% berfungsi untuk mensterilkan kulit jari, kapas, preparat sebagai tempat objek, tusuk gigi untuk mengaduk darah saat pemberian antisera dan blood lanset untuk menusukkan jarum pada kulit jari. Langkah selanjutnya adalah mencuci tangan dengan air, mengelap telapak tangan dengan tissue, kemudian mensterilisasikan ujung jari manis dengan kapas yang sudah diberi alcohol 70%. Lalu, ujung jari manis ditusuk menggunakan blood lanset dengan isian jarum yang baru dan streril. Selanjutnya pijat ujung jari manis yang telah ditusuk sampai darah keluar, lap dengan kapas beralkohol untuk mensterilisasikannya lagi. Kemudian, pijat lagi sampai darah keluar. Teteskan darah yang keluar dari ujung jari pada kaca objek (preparat) dengan empat kali tetesan pada tempat yang berbeda. Lalu, tekan luka diujung jari dengan kapas beralkohol agar darah berhenti keluar. Untuk darah yang sudah ada di preparat kemudian ditetesi dengan Anti-sera secara berurutan dimulai dari Anti-A pada darah pertama, kemudian Anti-B pada darah yang kedua, Anti-AB pada darah yang ketiga dan Anti-D pada darah yang keempat. Setiap penetesan anti-sera dilakukan pengadukan dengan menggunakan tusuk gigi pada sisi ujung yang berbeda setiap sampel darah yang diujinya.
Setelah dilakukan perlakuan, maka hasil yang didapatkan diantaranya adalah; untuk sampel darah milik Fitriani dan Raisya menghasilkan penggumpalan pada darah yang diuji dengan anti-A, hal ini membuktikan bahwa darah tersebut mengandung aglutinogen A. Kemudian, pada sampel darah yang ditetesi Anti-B menghasilkan darah yang tidak menggumpal artinya darah keduanya tidak memiliki Aglutinogen B. Lalu, pada sampel darah yang ditetesi Anti-AB menghasilkan darah yang menggumpal yang artinya bahwa darah bisa mengandung Aglutinogen A, Aglutinogen B atau keduanya. Akan tetapi jika dilihat dari hasil sampel darah yang ditetesi Anti-A dan Anti-B itu sudah menunjukkan bahwa sampel darah yang dimiliki oleh Fitriani dan Raisya mempunyai golongan darah A. Lalu, sampel darah yang ditetesi Anti-D menghasilkan darah yang menggumpal artinya bahwa sampel darah tersebut memiliki Resus Positif.
Pada sampel darah milik Siti R. dan Riri sampel darah yang ditetesi oleh Anti-A, Anti-B dan Anti AB tidak menghasilkan darah yang menggumpal, hal ini menunjukkan bahwa sampel darah tidak mengandung Aglutinogen A, B dan AB. Artinya bahwa Siti R dan Riri mempunyai golongan darah O. Lalu untuk sampel darah yang ditetesi Anti-D menghasilkan darah yang menggumpal artinya bahwa darah tersebut memiliki Resus Positif.
Pada sampel darah milik Yaman, sampel darah yang ditetesi Anti-A, Anti-B dan Anti-AB menghasilkan darah yang menggumpal. Hal ini menunjukkan bahwa sampel darah tersebut memiliki Aglutinogen A, Aglutinogen B dan Aglutinogen AB. Artinya bahwa darah Yaman memiliki golongan darah AB. Lalu, untuk sampel darah yang ditetesi Anti-D menghasilkan darah yang menggumpal juga, hal ini membuktikan bahwa darah Yaman memiliki Resus Positif.
Antigen adalah sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun. Terutama dalam produksi antibody. Antigen biasanya berupa protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil dipasangkan dengan protein pembawa.
Untuk dikatakan manusia bergolongan darah A, yaitu setelah sampel darah dicampur dengan Anti-A (serum Alfa), maka darah tersebut mengalami aglutinasi (penggumpalan) karena di dalam sel darah tersebut mengandung Aglutinogen A dan serum darahnya dapat membuat Aglutinin anti-B.
Untuk bergolongan darah B, ketika sampel darah dicampur dengan Anti-B (serum Beta) maka darah tersebut mengalami aglutinasi (penggumpalan) dikarenakan di dalam sel darah tersebut mengandung Aglutinogen B dan serum darahnya dapat membuat Aglutinin anti-A.
Untuk bergolongan darah O, ketika sampel darah dicampur dengan Anti-A dan Anti-B tidak menghasilkan darah yang aglutinasi (penggumpalan) maka di dalam sel darah tersebut tidak memiliki Aglutinogen, dan serum darahnya dapat membuat Aglutinin anti-A dan anti-B.
Untuk bergolongan darah AB, ketika sampel dicampur Anti-A dan Anti-B darah mengalami aglutinasi, hal ini dikarenakan di dalam sel darahnya mengandung Aglutinogen A dan B.

VII.        Simpulan
Untuk menentukan golongan darah dengan meneteskan Anti-sera pada darah yang akan diuji. Pada praktikum yang kami lakukan, Anti-sera tersebut diantaranya yaitu menggunakan Anti-sera yang diantaranya yaitu Anti-A untuk menentukan golongan darah A dengan tanda adanya gumpalan pada darah yang diuji. Anti-B untuk menentukan golongan darah B dengan ditandai adanya penggumpala pada darah yang diuji. Anti-AB untuk menentukan golongan darah A, B dan AB dengan ditandai adanya penggumpalan pada darah yang diuji. Kemudian, Anti-D untuk menentukan resus darah dimana jika darah yang diuji menggumpal maka mengandung resus darah positif dan jika darah yang diuji tidak menggumpal maka darah tersebut mengandung resus negative.




DAFTAR PUSTAKA
Karmana, Oman. 2013. Biologi 2 untuk kelas XI Sekolah Menengah Atas. Bandung: Grafindo Media Pratama
Rahmayanti, Eka. 2013. Golongan Darah. [online] tersedia: https://ekarahmayanti.wordpress.com/2013/04/19/golongan-darah/. Diakses tanggal 21 Desember 2017.





LAMPIRAN







Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN "PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI"

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN "AKTIVITAS ENZIM AMILASE"

LAPORAN KULIAH LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) _ "PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN"